Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau dikenal Airnav Indonesia menyampaikan apresiasi atas dijadikannya project Java Balloon Festival di Pekalongan dan Wonosobo sebagai studi kasus disertasi. Manager Hubungan Masyarakat AirNav Indonesia Yohanes Harry Douglas mengatakan, dengan diangkatnya project Java Balloon Festival sebagai studi kasus dalam disertasi untuk program studi doktoral, menunjukkan kalau project tersebut juga telah mendapatkan pengakuan dari dunia akademis. Adapun sosok yang menyelesaikan studi kasus disertasi tersebut yakni seorang peneliti bernama Algooth Putranto, yang bersangkutan telah merampungkan sidang terbuka promosi Doktor Ilmu Komunikasi pada Jumat (5/11/2021) ini.
"Disertasi Dr. Algooth Putranto SP, M.I.Kom., C. Med. yang berjudul Pengakuan dalam Komunikasi Budaya Mengatasi Konflik Antara Negara dan Masyarakat, Studi atas Penerbangan Balon Udara Tradisional Syawal di Pekalongan dan Wonosobo, merupakan sebuah karya akademik yang memberikan kontribusi terhadap upaya menjaga keselamatan penerbangan nasional,” ungkap Yohanes dalam keterangan tertulisnya. Lebih lanjut kata Yohanes, penerbangan balon udara liar yang tidak ditambatkan memang menjadi sebuah ancaman bagi keselamatan penerbangan. Atas dasar itu kata Yohanes, pada 2018 dan 2019 lalu, pihaknya menggelar Java Balloon Festival di Pekalongan dan Wonosobo sebagai upaya untuk menyebarluaskan Peraturan Menteri 40 tahun 2018 tentang penggunaan balon udara pada kegiatan budaya masyarakat.
"Sehingga membiasakan pegiat balon udara tradisional untuk menambatkan balon udaranya sesuai aturan tersebut dan dapat selaras dengan keselamatan penerbangan," bebernya. Dampak dari project tersebut sendiri kata dia, cukup siginifikan sebab, berdasarkan data data di lapangan menunjukkan tren penurunan terhadap gangguan balon udara terhadap pesawat udara. "Jika kita lihat data yang juga dimasukkan di dalam penelitian disertasi Algooth, angka pilot report mengalami tren penurunan pasca intervensi dari project ini. Maka dari itu hasil evaluasi kami memang sebetulnya project ini akan berkelanjutan," ucapnya. Akan tetapi kata Yohanes, dikarenakan hampir seluruh dunia termasuk Indonesia dilanda pandemi COVID 19, maka pada 2020 dan 2021, pihaknya mengalihkan festival menjadi sosialisasi massal melalui webinar. Lebih jauh, Yohanes mengatakan, selain telah diakui dari sisi akademis, project Java Balloon Festival juga telah mendapatkan penghargaan di beberapa ajang.
Penghargaan itu kata dia baik dalam kancah nasional maupun internasional. "Project ini telah memenangkan penghargaan Gold Winner, Sustainability Business Category dari PR Indonesia dan Finalis, Best PR by an In House Communications Team dari Marketing PR Magazine, Singapura, di level regional Asia Tenggara," beber Yohanes. Atas dasar itu, pihaknya kata Yohanes menyampaikan rasa syukur dan apreasiasi kepada semua pihak yang telah terlibat dalam menyukseskan project ini.
Terlebih kata dia kepada Algooth yang merupakan seorang jurnalis senior yang memiliki pengalaman di beberapa media ternama Bisnis Indonesia dan Bloomberg Businessweek. Apresiasi ini diberikan karena Algooth telah berhasil menyelesaikan studi kasus disertasi atas project tersebut. "Pengalamannya sebagai praktisi jurnalistik selama lebih dari 17 tahun di berbagai media massa baik nasional maupun internasional, termasuk di bidang akademis yakni sebagai pengajar aktif di berbagai universitas kenamaan, tentunya memberikan perspektif baru bagi kita dalam memandang kasus pelepasan balon udara liar ini," katanya.
"Kami mendorong generasi muda Indonesia untuk menjadikan Algooth sebagai teladan, melalui karya akademis, kita juga dapat bersama sama berkontribusi dalam menjaga keselamatan ruang udara Nusantara," tukasnya.